Hello every badeh... good night, good morning, good evening
maastinnn... good... sekali lagi mastinnn good hiahaha. Warga sosmed di manapun
kalian berada, terimakasih kalian telah sudi membuka blog gadungan ane. Hey
jangan cemberut, kalian termasuk orang beruntung jika membaca kisah yang satu
ini hingga akhir haha *dikroyok warga sosmed. Ini dia cerita terkeren yang
pernah ane alami untuk pertama kalinya.
Cerita bermula ketika om ane ngajakin pergi ke Bromo. Ajakan itu
masih rencana, tapi pikiran ini udah terbang jauh memikirkan indahnya surga
dunianya Jawa Timur. Bayangin!! Bromo loh.
Pukul 02:30 meluncurlah plat AB avanza merah marun pergi meninggalkan
kota Yogyakarta, akhirnya rencana semula yang ane impikan selama masih dalam
kandungan terlaksana, ahh jadi terharu *ane mah emang gini orangnya. Semua
barang sudah di kepak rapi. Kita memilih melalui jalur utara. Berawal dari: Klaten
melewati Kota Surakarta – sampai ke Sragen (utaranya gunung cantik, Lawu) –
lalu melewati Ngawi – Mojokerto – Kota Pasuruan dan arah selatan ke Taman
Nasional Bromo Tengger.
Dua belas jam berada di perjalanan itu sungguh tidak nyaman, apalagi ketika
harus salah mengambil jalur dan gak hanya sekali. Notabene untuk kalian, jika pergi ke sesuatu tempat, baiknya
tanyalah dulu sebelum benar-benar memilih jalan. Jangan cuman andelin GPS karena orang INDONESIA! Memiliki
budaya bertanya dan unggah ungguh yang baik bukan individualisme *eeaa, salam
kuper dari saya.
Pukul 03:00 ane dan 3 sodara ane pun sampek di Desa Ngadirejo,
Sukapura. Jam sepagi itu jalan sudah dipenuhi oleh hartop, penunggu Villa dan
penjual syal berlogo Gunung Bromo. Mereka ini sangat getol untuk mencari pengunjung,
salah satu ceritanya ketika ane lagi nyari tempat penginapan, baru aja buka
pintu mobil para penjual syal sudah berebut supaya ane beli barang dagangan mereka,
alhasil ane pun beli berharap mereka berhenti untu ngikutin ane, ehh udah beli
masih aja di tawarin yang lain-lain. Yah, ini salah satu ciri khas warga yang
getol nyari uang untuk menghidupi anak istri. Salut. Sepagi itu pula para
wisatawan dan rombongan sudah berjejal nge booking
hartop untuk pergi melihat sunrise di
gunung Penanjakan. Alhamdulillah, akhirnya ane juga dapet penginapan 14
kilometer ke atas dari Sukapura.
Jam setengah lima, ane dan 3 sodara ane pun akhirnya menyewa hartop
untuk melihat sunrisenya Bromo dari
gunung Pananjakan. Kita memilih 4 paket kunjuungan sekaligus dengan biaya 650
ribu rupiah. Nih, supir hartopnya keren, jangan bayangin jam setengah lima di
Gunung Bromo udah terang benderang bak setengah lima di kota. Kabut aja masih
ngalangin pandangan, Bro. Mungkin kalau ane di turunin dijalan, ane kaya ayam
yang udah masuk maghrib, gak akan bisa pulang ke tempat penginapan. Kalian
bayangin aja, supir hartop seperti sudah lama menenggak garamnya hidup hehe dia
udah tau mana jalan berlubang mana jurang. Keren deh sama masnya *Uhukk modus.
Sampailah kita di gunung Penanjakan pukul lupa, yang ane inget
hanyalah sunrisenya muncul perlahan
dan ane suka ane sukaaaaa rasanya mata pengen mantengin terus dan gak mau pulang
maunya di goyang *eh bukan. Ini ada penampakan di Pananjakan.
Setelah sekian jam, perjalanan di lanjutkan ke kawah Gunung Bromo. Di
jalan ane disuguhin pohon edelweis yang tumbuh liar, tapi tetep aja dilindungi
dan gak boleh dipetik. Kata warga sekitar, bunga edelweis sering di gunakan
untuk upacara adat suku Tengger.
Sampailah kita di lautan hartop karena hartop dimana-mana. Kata supir
hartop jarak menuju parkiran hartop ke kawahnya memakan sekitar 2 jam jalan
kaki, tapi enggak sampai selama itu kalo kita memilih naik kuda, mungkin
kira-kira setengah jam pun gak ada. Ya udah, ane dan sekeluarga nyewa kuda,
alhasil ane pun udah mirip wanita berkalung taplak. Ini sekali lagi ane salut sama bapak-bapak pemilik kuda, mereka
menggiring kuda sambil jalan kaki bahkan tak jarang berlari. Kuda-kuda di
parkirin di bawah tangga yang menghubungkan ke kawah. Ane dikasih satu lembar
nama yang pas ane udah selese melihat kawahnya dan akan pulang, nama itu
berguna untuk mencari kuda apa yang tadi ane tunggaangin dan menemukan bapak
pemilik kudanya.
Tau gak bro. Berapa jarak dari area parkir hartop tadi, sampek tangga
untuk ke kawah Bromo? Itu lumayan jauh, mungkin belasan kilometer ada ane rasa.
Ane sempet tanyain ke bapak-bapak pemilik kuda, kira-kira bisa berapa kali
melakuin hal ini dalam sehari? katanya sih “paling pol kalo gak capek tiga
kali.” Sempet ane pengen tanya lebih lanjut, tapi ane kasian gara-gara ane
kebanyakan tanya, nanti bapaknya ngos-ngosan. Tangga dari tempat parkir kuda ke
kawahnya lumayan juga, ane gak begitu ngitungin ada berapa tangga di kawah ini
yang jelas lebih dari 150 (soalnya ane denger dari orang yang berusaha ngitung
tangga). Disini juga banyak tempat semacam sembahyangnya umat Hindu. Sesajipun
dimana-mana. Ini dia penampakannya.
Perjalanan ke tiga di bukit Savanah, ahh keren ahhh keren, gak ada
kata-kata lain selain bersyukur. Aduh ane pengen nangis. Nih penampakannya.
Perjalanan terakhir ke Pasir berisik, kenapa bisa di sebut pasir
berisik. Karena pasirnya berisik, yaeyalah kalo diem namanya pasir diem. Haha
enggak gitu penjelasannya, jadi kata mas supir hartopnya, pasir ini bisa
berbunyi karena pasir yang tabrakan terbawa angin dari arah yang berlawanan.
Terus kerennya, udara disini sejuk beda dari udara lain padahal ini kawasan
berpasir. Allah, sekali lagi, ini keren Ya Allah ciptaan Mu. Semoga aku bisa
balik lagi. Ini penampakannya.
Sekian dulu travel story
dari kawasan Tengger. Ane harap setidaknya kalian harus coba ini untuk sekali seumur hidup, dan jangan buang
sampah sembarangan yaa plissss :")
Masnya masih muda toh is? :3
BalasHapusIya vi ,masih sepantaran kita kita gini bhehehe
Hapus