Laman

Jumat, 20 Februari 2015

SAHABAT ADALAH....


Langit boleh punya gumpalan awan putih, laut boleh punya air jernih, kamu pun boleh memiliki yang ingin kamu miliki, memilih yang ingin kamu pilih. Nikah muda? It’s ok. Punya pacar kakak tingkat? no problem. Atau memutuskan pacar tanpa alasan yang jelas, itu hakmu. Semua boleh kamu lakukan, bebas. Kalau aku, aku akan lakukan apa yang menurutku baik. Meski aku belum seutuhnya baik, bahkan belum tentu benar-benar orang baik. Tapi aku ingin, memilih kan sebuah kebebasan.
Untuk hari ini. Kelak semua bisa terulang, kita bertemu esok lusa atau 2 hingga tiga tahun berikutnya, dengan menanggalkan status yang melekat, tanpa kemewahan, tanpa membicarakan berapa gajimu atau lulusan mana kamu? kita berkumpul seperti ini layaknya anak abg yang masih on the way mencari jati diri. Menurutmu bagaimana?
Bumbu apa sih supaya punya sahabat? Terus sahabat itu apa? Tidak perlu bumbu seperti kita memasak rica-rica, cukup seperti kita masak ikan asin. Sederhana tapi punya makna. Jangan jangan! Jangan seperti ikan asin. Rasa asinnya yang dominan tidak cocok untuk mengungkapkan sahabat, mungkin es cream, rasanya yang campur aduk menandakan kalau sahabat itu mengerti satu sama lain. Bisa paham dengan karakter yang lain, tidak hanya mementingkan karakter dia dan dunia maya. “Karakter ku seperti ini, kamu harus menerima, kamu kan sahabat!” Jangan! Itu namanya ego-is! Perhatian adalah sesuatu yang simple namun juga sesuatu yang sulit.

Sudah mengerti apa itu sahabat? Kalau belum, simak!

Duapuluh tahun kini usiaku, Aku masih saja merasa sendiri, bukan karena aku tak memiliki pendamping, bukan, bahkan memikirkannya saja pun aku belum sempat. Sahabat, kalimat yang terus melekat. Sampai sekarang aku belum pernah merasakan gembira, seperti mereka yang sering memenuhi akun instagramnya dengan postingan foto bersama sahabat. Rasa iri, iya tentu ada. Berulangkali pertanyaan di benak menggedor ingin keluar, belum juga mendapat jawaban. Aku bernafsu ingin mencari arti ini seperti orang yang kelaparan. Seperti orang yang sedang mencari ilham
Sore, tepanya pukul 16:00. Tak disangka aku sudah berjalanan kaki cukup jauh. Aku sempat bingung akan pulang lewat jalan yang mana. Tiba-tiba di ujung gang ada seorang perempuan bersimpuh, dia menatap kosong entah ke arah mana. Di raut wajahnya tersirat dia yang sedang memiliki banyak pikiran. Ku memeberanikan diri menegur dan menyapanya. Dalam benak, mungkin dia yang akan menjadi sahabat sejati. “Kamu kenapa di sini? Sedang apa kamu?” tanpa bermaksud mengulik apa yang terjadi, namun spontan pertanyaan itu keluar. Dia hanya tersenyum. Lalu kembali menatap lurus kedepan dengan kosong. Aku tak ingin ambil pusing karena mengenal dia pun tidak. Kakiku melangkah untuk meninggalkan dia, sesekali ku menoleh ke arahnya yang makin jauh, dia yang masih tertunduk lesu. Apakah dia orang gila? Mungkin, tapi entahlah aku benar-benar tak peduli.
Sudah berapa kali kakiku berjalan? Entah aku saja tak tahu. Sekali lagi ku temui lelaki yang sedang membetulkan mobil tua yang mogok, dia membuka bagasi mesin yang mengepul dan mengeluarkan bau kampas rem. “Ada yang bisa aku bantu?” aku menawarkan jasa. Lelaki itu hanya mengangguk. Dia masuk kedalam mobil, gelagatnya seperti menyuruhku mendorong mobil dari belakang. Oke aku lakukan, batinku. Mobil itu pun melaju, aku tidak mendengar ucapan terimakasih. Mobil terlihat mengecil karena sudah benar-benar jauh.
Aku terus berjalan, ternyata kerikil sekecil biji kurma dapat membuat ku jatuh dan luka-luka. “Butuh bantuan?”seorang perempuan yang tadi terlihat masih duduk di ujung gang menawarkan tangannya. Dia memopohku, aku kesulitan berjalan karena sewaktu terjatuh kaki ku tertindih badan dan menekuk. Beberapa menit kemudian datang mobil tua, sepertinya mobil yang tadi aku tolong. Dia menawarkan tebengan. Semenjak kejadian itu kita bertiga berteman.

Jadi kesimpulan yang di dapat adalah, sahabat itu kadang gila dengan idenya, jangan ilfil dengan tingkahlakunya, dia pun tak pernah ilfil dengan tingkahlaku kita, kadang sombong dengan karakternya, tapi dia tidak akan pernah melupakan kita. Gak nyambung ya? Yaitulah sahabat, tidak nyambung alias tidak bisa didefinisikan. Sahabat, ilmu abstrak ilmu batin, bukan teori, tapi terasa.