Laman

Senin, 20 April 2015

STORY OF EAST JAVA PARADISE, BROMO!!




Hello every badeh... good night, good morning, good evening maastinnn... good... sekali lagi mastinnn good hiahaha. Warga sosmed di manapun kalian berada, terimakasih kalian telah sudi membuka blog gadungan ane. Hey jangan cemberut, kalian termasuk orang beruntung jika membaca kisah yang satu ini hingga akhir haha *dikroyok warga sosmed. Ini dia cerita terkeren yang pernah ane alami untuk pertama kalinya.
Cerita bermula ketika om ane ngajakin pergi ke Bromo. Ajakan itu masih rencana, tapi pikiran ini udah terbang jauh memikirkan indahnya surga dunianya Jawa Timur. Bayangin!! Bromo loh.
Pukul 02:30 meluncurlah plat AB avanza merah marun pergi meninggalkan kota Yogyakarta, akhirnya rencana semula yang ane impikan selama masih dalam kandungan terlaksana, ahh jadi terharu *ane mah emang gini orangnya. Semua barang sudah di kepak rapi. Kita memilih melalui jalur utara. Berawal dari: Klaten melewati Kota Surakarta – sampai ke Sragen (utaranya gunung cantik, Lawu) – lalu melewati Ngawi – Mojokerto – Kota Pasuruan dan arah selatan ke Taman Nasional Bromo Tengger.
Dua belas jam berada di perjalanan itu sungguh tidak nyaman, apalagi ketika harus salah mengambil jalur dan gak hanya sekali. Notabene untuk kalian, jika pergi ke sesuatu tempat, baiknya tanyalah dulu sebelum benar-benar memilih jalan. Jangan cuman andelin GPS karena orang INDONESIA! Memiliki budaya bertanya dan unggah ungguh yang baik bukan individualisme *eeaa, salam kuper dari saya.
Pukul 03:00 ane dan 3 sodara ane pun sampek di Desa Ngadirejo, Sukapura. Jam sepagi itu jalan sudah dipenuhi oleh hartop, penunggu Villa dan penjual syal berlogo Gunung Bromo. Mereka ini sangat getol untuk mencari pengunjung, salah satu ceritanya ketika ane lagi nyari tempat penginapan, baru aja buka pintu mobil para penjual syal sudah berebut supaya ane beli barang dagangan mereka, alhasil ane pun beli berharap mereka berhenti untu ngikutin ane, ehh udah beli masih aja di tawarin yang lain-lain. Yah, ini salah satu ciri khas warga yang getol nyari uang untuk menghidupi anak istri. Salut. Sepagi itu pula para wisatawan dan rombongan sudah berjejal nge booking hartop untuk pergi melihat sunrise di gunung Penanjakan. Alhamdulillah, akhirnya ane juga dapet penginapan 14 kilometer ke atas dari Sukapura.
Jam setengah lima, ane dan 3 sodara ane pun akhirnya menyewa hartop untuk melihat sunrisenya Bromo dari gunung Pananjakan. Kita memilih 4 paket kunjuungan sekaligus dengan biaya 650 ribu rupiah. Nih, supir hartopnya keren, jangan bayangin jam setengah lima di Gunung Bromo udah terang benderang bak setengah lima di kota. Kabut aja masih ngalangin pandangan, Bro. Mungkin kalau ane di turunin dijalan, ane kaya ayam yang udah masuk maghrib, gak akan bisa pulang ke tempat penginapan. Kalian bayangin aja, supir hartop seperti sudah lama menenggak garamnya hidup hehe dia udah tau mana jalan berlubang mana jurang. Keren deh sama masnya *Uhukk modus.
Sampailah kita di gunung Penanjakan pukul lupa, yang ane inget hanyalah sunrisenya muncul perlahan dan ane suka ane sukaaaaa rasanya mata pengen mantengin terus dan gak mau pulang maunya di goyang *eh bukan. Ini ada penampakan di Pananjakan.






Setelah sekian jam, perjalanan di lanjutkan ke kawah Gunung Bromo. Di jalan ane disuguhin pohon edelweis yang tumbuh liar, tapi tetep aja dilindungi dan gak boleh dipetik. Kata warga sekitar, bunga edelweis sering di gunakan untuk upacara adat suku Tengger.
Sampailah kita di lautan hartop karena hartop dimana-mana. Kata supir hartop jarak menuju parkiran hartop ke kawahnya memakan sekitar 2 jam jalan kaki, tapi enggak sampai selama itu kalo kita memilih naik kuda, mungkin kira-kira setengah jam pun gak ada. Ya udah, ane dan sekeluarga nyewa kuda, alhasil ane pun udah mirip wanita berkalung taplak. Ini sekali lagi ane salut  sama bapak-bapak pemilik kuda, mereka menggiring kuda sambil jalan kaki bahkan tak jarang berlari. Kuda-kuda di parkirin di bawah tangga yang menghubungkan ke kawah. Ane dikasih satu lembar nama yang pas ane udah selese melihat kawahnya dan akan pulang, nama itu berguna untuk mencari kuda apa yang tadi ane tunggaangin dan menemukan bapak pemilik kudanya.
Tau gak bro. Berapa jarak dari area parkir hartop tadi, sampek tangga untuk ke kawah Bromo? Itu lumayan jauh, mungkin belasan kilometer ada ane rasa. Ane sempet tanyain ke bapak-bapak pemilik kuda, kira-kira bisa berapa kali melakuin hal ini dalam sehari? katanya sih “paling pol kalo gak capek tiga kali.” Sempet ane pengen tanya lebih lanjut, tapi ane kasian gara-gara ane kebanyakan tanya, nanti bapaknya ngos-ngosan. Tangga dari tempat parkir kuda ke kawahnya lumayan juga, ane gak begitu ngitungin ada berapa tangga di kawah ini yang jelas lebih dari 150 (soalnya ane denger dari orang yang berusaha ngitung tangga). Disini juga banyak tempat semacam sembahyangnya umat Hindu. Sesajipun dimana-mana. Ini dia penampakannya.


Perjalanan ke tiga di bukit Savanah, ahh keren ahhh keren, gak ada kata-kata lain selain bersyukur. Aduh ane pengen nangis. Nih penampakannya.





Perjalanan terakhir ke Pasir berisik, kenapa bisa di sebut pasir berisik. Karena pasirnya berisik, yaeyalah kalo diem namanya pasir diem. Haha enggak gitu penjelasannya, jadi kata mas supir hartopnya, pasir ini bisa berbunyi karena pasir yang tabrakan terbawa angin dari arah yang berlawanan. Terus kerennya, udara disini sejuk beda dari udara lain padahal ini kawasan berpasir. Allah, sekali lagi, ini keren Ya Allah ciptaan Mu. Semoga aku bisa balik lagi. Ini penampakannya.



Sekian dulu travel story dari kawasan Tengger. Ane harap setidaknya kalian harus coba ini untuk sekali seumur hidup, dan jangan buang sampah sembarangan yaa plissss :")

2 komentar: